Di tengah julukannya sebagai Kota Pelajar, Kota Budaya maupun Kota Wisata, kini Yogyakarta juga menunjukan perkembangan pesat dalam bidang industri kreatif digital. Industri kreatif digital di Yogyakarta mengalami pertumbuhan pesat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini, dibuktikan dalam sebuah hasil survei yang dilakukan oleh Jogja Digital Valley dan Merah Institute beberapa waktu lalu. JDV memaparkan bahwa industri kreatif digital di Yogyakarta tidak hanya dilakukan oleh perusahaan hasil karya para pengusaha lokal Yogyakarta. Namun, perusahaan dari luar Yogyakarta pun berdatangan untuk membuka kantor cabang di Kota Gudeg ini. Kesimpulannya, bahwa Yogyakarta telah menjadi salah satu kota alternatif para penggiat industri kreatif digital untuk mengembangkan karyanya selain di Jakarta dan Bandung. Sebagian besar, perusahaan kreatif digital di Yogyakarta merupakan startup yang mulai tumbuh sejak tahun 2009. Kemudian pada tahun 2012 dan 2013 menjadi tahun yang paling banyak melahirkan startup dengan jumlah mencapai 35 startup per tahun.
 |
| Yogyakarta Menjadi Surga Baru Bagi Industri Kreatif Digital |
Pada survei tersebut, pertanyaan mengenai apa alasan memilih Yogyakarta dilontarkan, dan hasilnya diperoleh sebanyak 41,12% menunjukkan bahwa mayoritas perusahaan kreatif memilih Yogyakarta karena faktor kenyamanan. Alasan lainnya antara lain karena biaya hidup kecil, sesuai daerah tempat berkuliah/sekolah, akses mudah ke tempat lain di Indonesia, bekerja dekat rumah, dan ikut teman. Survei ini dilakukan dengan memanfaatkan platform survei online. Dalam penyebarannya mereka memanfaatkan media penyebaran digital semisal media sosial dan media online sebagai media partner. Survei juga disebarkan melalui sms broadcast, poster, flyer, dan berbagai media lainnya. Survei berhasil dikumpulkan lebih dari 1000 responden dalam 2 kategori yaitu: Sensus Individu Penggiat Industri Kreatif Digital dan Sensus Perusahaan Industri Kreatif Digital. Sementara untuk survei mengenai demografis para pelaku industri kreatif digital di Yogyakarta diperoleh dari 750 orang responden.
Berbagai temuan menarik juga berhasil diungkap dalam survei demografis tersebut, antara lain:
1. Industri Kreatif Digital didominasi oleh kalangan anak muda dengan jumlah 112 responden berusia 21 tahun ke bawah, dan didominasi oleh responden berusia antara 22-35 tahun dengan jumlah 461 responden.
2. Industri Kreatif Digital masih dikuasai oleh laki-laki dengan prosentase sebesar 89,8 %
3. Berdasarkan status pekerjaannya, sebanyak 48,94% responden merupakan freelancer, 19,5 % merupakan pengusaha dan 31,35% merupakan karyawan.
4. Industri Kreatif Digital di Yogyakarta juga ditopang oleh kalangan tenaga terdidik. Ada 73,8% pelaku Industri Kreatif Digital yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi baik itu pada jenjang D3 maupun S1.
5. Berdasarkan 5 kategori gaji dalam survei, sebanyak 25,24% memiliki gaji pada angka di antara Rp 1-2 juta. Sementara itu hanya 6,07% yang memiliki gaji di atas Rp 10 juta. Kategori terbanyak berada di angka kurang dari Rp 1 Juta sebanyak 26,52%.
6. Untuk masalah jam kerja, 68,37% pelaku Industri Kreatif Digital bekerja pada jam fleksibel (bukan 8 jam perhari) dan 60,38% memiliki hari kerja yang juga fleksibel (bukan Senin-Jumat).
7. Dari survei terhadap profesi, sebanyak 40,5% atau 243 orang menyatakan dirinya memiliki profesi dalam kategori software developer yang terdiri dari berbagai bidang misal website developer, game developer, programmer, dan system analyst. Sementara sebanyak 21,6% atau 129 orang berprofesi sebagai visual designer yang terdiri dari desainer grafis dan ilustrator.
8. Dalam survei mengenai kemampuannya, responden dipersilakan untuk memilih lebih dari satu keahlian. Keahlian terbanyak yang dipilih adalah keahlian graphic designer sebesar 39,7%. Menyusul kemudian web programmer 36,84%, entrepreneur 29,92%, mobile programmer 21,8%, dan social media admin 13,83%.