|
Hari Guru di Korea Selatan |
#KopasID Beda budaya, beda juga dengan perayaannya. Tanggal 15 Mei menjadi salah satu hari yang menarik di Korea Selatan. Bagaimana tidak? Pemerintah Korea Selatan menyatakan tanggal tersebut sebagai Hari Guru Nasional sehingga berbagai bentuk apresiasi kepada guru pun digelar di negeri ginseng ini.
Hari guru di Indonesia biasanya dirayakan hanya seremoni saja mengucapkan selamat hari guru, bahkan acap kali hanya mengucapkan di media sosial saja tanpa mengucapkannya secara langsung dengan sang guru. Mau tau perbedaannya dengan Korea Selatan dalam merayakan hari guru? Simak beberapa berikut ini!
Kartu Cinta
Cara tradisional yang dilakukan masyarakat Korea Selatan dalam memperingati Hari Guru adalah memberikan kartu cinta. Ribuan siswa mempersiapkan kartu pribadi untuk kemudian diberikan pada guru favorit. Banyak guru percaya bahwa cara sederhana tersebut benar-benar menunjukkan cinta kasih dari siswa kepada mereka.
Pesta Perayaan
Korea Selatan merupakan salah satu negara yang menyediakan anggaran yang cukup tinggi untuk departemen pendidikan. Jadi tak heran jika saat tanggal 15 Mei yang jatuh sebagai Hari Guru Nasional diadakan berbagai perayaan di Korea Selatan.
Baik guru sekolah maupun dosen di perguruan tinggi, mereka semua diberikan penghargaan, terutama bagi mereka yang berprestasi. Tak ketinggalan, selama perayaan, tuan rumah menyiapkan berbagai hidangan mahal di malam hari.
Pemberian Bunga Anyelir
Bunga anyelir memiliki banyak makna sesuai dengan warnanya. Anyelir putih menunjukkan cinta yang murni dan keberuntungan, anyelir merah terang melambangkan kekaguman, anyelir merah gelap mewakili cinta yang mendalam dan kasih sayang, anyelir ungu menyiratkan ketidakteraturan, dan anyelir pink membawa makna besar seperti bentuk cinta abadi dari seorang ibu.
Begitu banyak makna bunga anyelir ini ternyata dipercaya oleh masyarakat Korea Selatan. Banyak siswa akan memberi bunga anyelir kepada guru sebagai bentuk penghargaan mereka kepada guru. Hal ini juga sekaligus menunjukkan rasa hormat siswa kepada guru. Tradisi ini dimulai sjak awal abad 19.